HariOrang Sakit Sedunia. Hari Orang Sakit Sedunia ( World Day of the Sick) ditetapkan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Tema peringatan tahun 2022 : Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati (Luk. 6:36).
HariTuberkulosis Sedunia menjadi momen untuk meningkatkan pengetahuan soal TB. Cek di sini mitos soal TB yang seharusnya tak lagi dipercaya. Satu Orang Positif Tuberkulosis, 15 Orang di Sekitarnya Wajib Periksa Jumat, 23 Mar 2018 22:08 WIB Tuberkulosis atau TB terus meningkat di Ponorogo, Jawa Timur.
HariOrang Sakit Sedunia. Ul 30:15-20. Luk 9:22-25. Yesus memberikan syarat bagi semua muridNya yang mau mengikuti Nya yaitu ; menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikutiNya. Yesus mengajak para muridNya untuk berpikir ulang tentang keputusannya menjadi murid Kristus agar mereka lebih sadar dan siap menerima segala sesuatu
Vay Tiền Nhanh. Pesan Paus 2023 – Hari Orang Sakit Sedunia Ke-31 2022 – Hari Orang Sakit Sedunia Ke-30 2021 – Hari Orang Sakit Sedunia Ke-29 2020 – Hari Orang Sakit Sedunia Ke-28 2019 – Hari Orang Sakit Sedunia Ke-27 2018 – Hari Orang Sakit Sedunia Ke-26 2017 – Hari Orang Sakit Sedunia Ke-25 2016 – Hari Orang Sakit Sedunia Ke-24 2015 – Hari Orang Sakit Sedunia Ke-23 2014 – Hari Orang Sakit Sedunia Ke-22 2013 – Hari Orang Sakit Sedunia Ke-21 2012 – Hari Orang Sakit Sedunia Ke-20 2011 – Hari Orang Sakit Sedunia Ke-19
Bunda Gereja “Ibu, inilah, anakmu… Inilah, ibumu. Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” Yoh 1926-27 Saudari-saudara terkasih, Pelayanan Gereja untuk orang sakit dan mereka yang merawatnya harus terus berjalan dengan daya semangat yang senantiasa dibarui, dalam kesetiaan pada amanat Tuhan bdk. Luk 92-6; Mat 101-8; Mrk 67-13 dan mengikuti teladan Yesus, Pendiri dan Gurunya. Tema Hari Orang Sakit Sedunia tahun ini ditetapkan dari kata-kata yang diucapkan Yesus dari atas salib kepada Maria, Ibu-Nya, dan Yohanes “Ibu, inilah anakmu… Inilah ibumu. Dan sejak saat itu, murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” Yoh 1926-27. Kata-kata Tuhan itu dengan terang benderang menerangi misteri Salib, yang tidak menghadirkan tragedi keputusasaan, namun lebih tepatnya menunjukkan kemuliaan-Nya dan kasih-Nya sampai akhir. Kasih itu menjadi dasar dan kaidah bagi komunitas Kristiani dan hidup dari setiap murid Kristus. Sebelum semua yang lain, kata-kata Yesus adalah sumber panggilan keibuan Maria bagi seluruh umat manusia. Khususnya, Maria telah menjadi Ibu dari murid-murid Puteranya, yang menjaga mereka dan perjalanan mereka sepanjang hidup. Seperti kita ketahui, perhatian ibu bagi anak-anaknya mencakup dimensi material dan spiritual. Penderitaan salib yang tak terperikan menembus jiwa Maria bdk. Luk 235, tetapi tidak melumpuhkannya. Sungguh sebaliknya. Sebagai Ibu Tuhan, suatu langkah baru pemberian diri terbuka di hadapannya. Di atas Salib, Yesus memperlihatkan perhatian-Nya bagi Gereja dan seluruh umat manusia, dan Maria dipanggil untuk berbagi perhatian yang sama. Dalam melukiskan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, Kisah Para Rasul memperlihatkan bahwa Maria mulai melaksanakan perannya pada komunitas Gereja Perdana. Peran yang tidak pernah terhenti. Yohanes, murid yang dikasihi, adalah gambaran Gereja, umat mesianis. Dia harus mengakui Maria sebagai Ibunya. Untuk melaksanakannya, ia menerima Maria di dalam rumahnya, untuk menemukan model kemuridan di dalam diri Maria, dan untuk merenungkan panggilan keibuan yang telah Yesus percayakan kepadanya, dengan seluruh tanggung jawabnya seorang Ibu penuh kasih yang melahirkan anak-anak yang cakap mencintai seperti amanat Yesus. Itulah mengapa panggilan keibuan Maria merawat anak-anaknya dipercayakan kepada Yohanes dan Gereja secara menyeluruh. Seluruh komunitas para murid termasuk di dalam panggilan keibuan Maria. Yohanes, sebagai murid yang berbagi segala hal dengan Yesus, tahu bahwa Sang Guru ingin membawa semua orang ke dalam perjumpaan dengan Sang Bapa. Ia dapat memberikan kesaksian akan kebenaran bahwa Yesus menjumpai banyak orang menderita sakit spiritual yang disebabkan oleh kesombongan bdk. Yoh 831-39 dan sakit fisik bdk. Yoh 56. Ia melimpahkan belas kasih dan pengampunan kepada semua orang, dan menyembuhkan yang sakit sebagai tanda hidup Kerajaan Allah yang berlimpah-limpah, di mana setiap tetes air mata akan diusap. Seperti Maria, para murid dipanggil untuk saling memperhatikan, tetapi tidak hanya itu. Mereka tahu bahwa hati Yesus terbuka bagi semua orang dan tidak ada seorang pun yang dikecualikan. Injil Kerajaan Allah harus diwartakan kepada semua orang, dan cinta kasih orang-orang Kristiani harus ditujukan kepada semua orang, karena mereka adalah pribadi-pribadi, anak-anak Allah. Panggilan keibuan Gereja kepada mereka yang berkekurangan dan orang sakit telah menemukan ungkapannya yang nyata di sepanjang sejarahnya 2000 tahun dalam rangkaian prakarsa-prakarsa yang menakjubkan atas nama orang sakit. Sejarah pengabdian ini janganlah dilupakan. Prakarsa itu harus terus dilanjutkan sampai saat ini di seluruh dunia. Di negara-negara di mana sistem-sistem pemeliharaan kesehatan publik memadai, karya kongregasi-kongregasi religius Katolik dan keuskupan-keuskupan serta rumah sakit – rumah sakitnya diarahkan tidak hanya pada penyediaan kualitas perawatan medis, tetapi juga pada memperlakukan pribadi-pribadi manusia pada pusat proses penyembuhan, sambil melakukan penelitian ilmiah dengan penuh hormat bagi kehidupan dan nilai-nilai moral Kristiani. Di negara-negara di mana sistem-sistem pemeliharaan kesehatan belum cukup memadai atau bahkan belum ada, Gereja berusaha melakukan apa yang ia dapat kerjakan untuk meningkatkan kesehatan, mengatasi kematian bayi, dan memberantas mewabahnya suatu penyakit. Di mana-mana Gereja berusaha menyediakan perawatan, bahkan ketika Gereja tidak berada pada posisi memberikan kesembuhan. Gambaran Gereja sebagai sebuah “bidang rumah sakit” yang menyambut semua orang yang terluka adalah suatu realitas yang sangat nyata, karena di beberapa bagian dunia, rumah sakit – rumah sakit misi dan keuskupan adalah satu-satunya lembaga yang menyediakan perawatan penting bagi masyarakat. Kenangan akan sejarah panjang pelayanan pada orang-orang sakit menjadi alasan bagi komunitas Kristiani untuk bersukacita, khususnya mereka yang saat ini terlibat di dalam pelayanan kesehatan ini. Namun, di atas semuanya itu, kita mesti membiarkan masa lalu itu untuk memperkaya kita. Kita seharusnya belajar dari sejarah yang mengajarkan pada kita tentang kemurahan hati, pengorbanan diri dari banyak pendiri lembaga-lembaga pelayanan orang sakit, kreativitasnya, banyaknya prakarsa yang dijalankan selama berabad-abad, dan komitmen pada penelitian ilmiah sebagai sarana menawarkan inovasi dan pengobatan bagi orang sakit yang dapat diandalkan. Warisan masa lalu ini membantu kita untuk membangun masa depan yang lebih baik, sebagai contoh, dengan melindungi rumah sakit – rumah sakit Katolik dari mentalitas bisnis yang sedang berusaha mengubah pelayanan kesehatan menjadi bisnis yang menguntungkan, yang ujung-ujungnya mengabaikan orang miskin. Organisasi yang bijaksana dan berbelas kasih menuntut bahwa orang sakit dihormati martabatnya, dan terus menerus dipandang sebagai titik pusat pada proses pengobatan. Hal inilah yang seharusnya menjadi pendekatan orang-orang Kristiani yang bekerja di dalam struktur-struktur masyarakat; melalui pelayanan mereka, mereka dipanggil memberikan kesaksian Injil yang meyakinkan. Yesus memberikan kuasa penyembuhan-Nya kepada Gereja “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya… mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang sakit itu akan sembuh” Mrk 1617-18. Di dalam Kisah Para Rasul, kita membaca kisah penyembuhan yang dilakukan oleh Petrus bdk. Kis 34-8 dan Paulus bdk. Kis 148-11. Misi Gereja adalah suatu tanggapan terhadap karunia Yesus tersebut, karena Gereja tahu bahwa ia harus membawa orang sakit ke hadapan Allah, dengan penuh kelemahlembutan dan belas kasih. Pelayanan kesehatan akan selalu menjadi tugas yang penting dan fundamental, yang harus dijalankan dengan entusiasme yang selalu dibarui, dari paroki-paroki sampai lembaga-lembaga kesehatan yang paling besar. Kita tidak dapat melupakan cinta kasih yang lembut dan kesetiaan keluarga-keluarga dalam menjaga orang sakit kronis atau anak-anak berkebutuhan khusus, serta orang tua dan sanak saudara mereka. Kepedulian yang diberikan dalam keluarga merupakan kesaksian kasih yang luar biasa bagi pribadi manusia; hal ini perlu diakui dengan sepantasnya dan didukung oleh kebijakan-kebijakan yang sesuai. Para dokter dan perawat, imam, biarawan-biarawati, relawan, keluarga dan mereka semua yang merawat orang sakit, ambil bagian dalam misi gereja ini. Misi tersebut merupakan pembagian tanggung jawab yang memperkaya nilai pelayanan yang kita berikan setiap hari. Kepada Maria, Bunda yang penuh kelembutan cinta, kita percayakan semua orang yang menderita sakit jiwa raga, semoga Bunda Maria menopang mereka dalam pengharapan. Kita memohon padanya juga untuk membantu kita menerima saudara-saudari kita yang sakit. Gereja tahu bahwa ia memerlukan rahmat khusus untuk menghidupi tugas Injili melayani orang-orang sakit. Semoga doa-doa kita kepada Maria Bunda Allah menyatukan permohonan yang tiada henti, di mana setiap anggota Gereja dapat hidup dengan penuh cinta pada panggilan untuk melayani kehidupan dan kesehatan. Semoga Perawan Maria menjadi pengantara untuk Hari Orang Sakit Sedunia ke-26. Semoga ia membantu orang-orang sakit untuk menyatukan penderitaan mereka dengan penderitaan Tuhan Yesus. Dan, semoga ia mendukung mereka semua yang merawat orang sakit. Kepada semua orang sakit, pelayan kesehatan dan relawan, saya memberikan berkat Apostolik saya. Dari Vatikan, 26 November 2017 Pada Hari Raya Kristus Tuhan kita, Raja Semesta Alam FRANCIS
FX Wikan Indrarto Dokter Spesialis Anak RS Bethesda Yogyakarta, Alumnus S-3 UGM Hari Orang Sakit Sedunia World Day of the Sick ditetapkan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II pada 13 Mei 1992 dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Bapa Suci menetapkan Hari Orang Sakit Sedunia HOSS setahun setelah didiagnosa menderita penyakit parkinson pada awal 1991. Apa yang sebaiknya kita ketahui? Ketiga tema HOSS yang terus- menerus didengungkan setiap 11 Februari adalah mengingatkan semua orang beriman untuk berdoa secara khusyuk dan tulus bagi mereka yang sedang sakit. Kedua, mengundang semua orang beriman untuk merefleksikan sakit dan penderitaan manusia. Ketiga, penghargaan bagi semua orang yang bekerja dalam bidang kesehatan. Subtema HOSS 2015 ini mengajak kita untuk merenungkan dari perspektif ”sapientia cordis ” kebijaksanaan hati seturut seruan Paus Fransiskus. Pertama, kebijaksanaan hati berarti melayani saudara-saudara kita yang sedang sakit, yang diawali dengan kemurnian hati, pelayanan dan bela rasa, sampai menghasilkan buah yang baik. Dalam pelaksanaan melayani orang sakit tersebut, kita diharapkan mampu bersikap seturut semangat Ayub,” Saya mata untuk orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh” Ayub 2915 kepada sesama yang sakit, khususnya orang miskin, anak yatim, dan janda. Hari ini juga kita semua diajak untuk menunjukkan bukan dengan kata-kata, tetapi dengan kehidupan yang berakar dalam iman sejati bahwa kita mampu menjadi ”mata untuk orang buta” dan ”kaki bagi orang lumpuh”. Pelayanan kita tidaklah harus dilakukan dengan menjadi petugas kesehatan bagi para pasien. Sebenarnya kita dapat sekadar dekat dengan orang sakit, terutama yang membutuhkan perawatan lama, membantu dalam memandikan, berpakaian, mencucikan dan menyuapkan makanan. Layanan sederhana seperti ini terutama bila dilakukan berkepanjangan, pastilah dapat menjadi sangat melelahkan dan memberatkan. Apalagi pada pasien yang sakit berat sudah pasti tidak lagi mampu mengungkapkan rasa terima kasihnya, karena kesadarannya sudah jauh menurun. Meskipun tidak ada yang menginginkannya, setiap manusia akan mungkin mengalami sakit, penderitaan, bahkan dapat berlanjut dengan kematian. Sakit yang ringan sekalipun sebaiknya digunakan sebagai sebuah momentum penting untuk mensyukuri sehat. Apalagi sakit berat, kronis, dan kemungkinan sembuhnya kecil seperti kanker, sudah seharusnya menjadi momentum untuk menyatukan kita semua umat manusia. Kita diingatkan untuk bersandar pada Tuhan menyadari pentingnya iman bagi mereka yang sakit dan berbeban berat untuk datang kepada Tuhan. Dalam pertemuan dengan Tuhan melalui caranya masingmasing, mereka yang sakit akan menyadari bahwa dirinya tidak sendirian. Kita dapat membantu orang sakit agar masa penderitaannya dapat diubah menjadi masa rahmat. Sering kali dalam penderitaan sakitnya orang mudah terjatuh untuk menjadi putus asa dan kehilangan harapan. Pada saat itulah kita yang sehat sebaiknya menekankan akan penyertaan Tuhan, sehingga masa sakit tersebut dapat diubah menjadi masa rahmat Ilahi dengan permenungan mendalam untuk mengevaluasi kembali hidup seseorang, mengakui kegagalan, buruknya perilaku hidup, dan kesalahan, serta membangkitkan kerinduan akan Tuhan dan mengikuti jalan menuju rumah-Nya. Kedua, kebijaksanaan hati seharusnya diartikan bahwa waktu yang kita habiskan dengan orang sakit, apalagi melayaninya, adalah waktu suci. Sering kali kita lupa nilai khusus tentang waktu yang dihabiskan di samping tempat tidur orang sakit, karena alasan terburuburu dan terjebak dalam hirukpikuk aktivitas rutin. Kebijaksanaan hati berarti bahwa kita memberikan waktu mendampingi saudara yang sakit, karena kita secara bebas mengurus dan bertanggung jawab untuk orang lain. Ketiga, kebijaksanaan hati berarti menunjukkan solidaritas dengan saudara-saudara kita dan tidak menghakimi mereka atas sakit yang mereka alami. Saat mengunjungi, merawat, dan menemani orang sakit, diam saja pun sudah mencukupi seperti teman-teman Ayub ”Dan mereka duduk dengan dia di tanah tujuh hari tujuh malam dan tidak ada yang berbicara sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat bahwa penderitaannya sangat besar.” Ayub 213. Bagi kita semua yang sehat, memberikan pendampingan, penghiburan dan perhatian untuk mereka yang sakit sangatlah berarti. Selain itu, kita disadarkan akan pergerakan roda kehidupan. Pada saat sehat kita seharusnya meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan dana untuk membantu mereka yang sakit. Pada saat yang lain sangat mungkin kita sendiri justru menjadi orang yang sakit dan memerlukan hal sama dari semua orang di sekitar kita sebagaimana pergerakan dan putaran roda sistem Jaminan Kesehatan Nasional JKN yang sekarang berlaku di Indonesia, kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan untuk pasien yang sakit akan lebih mudah terwujud. Kendali tersebut juga penjaminan pembiayaan pasien dilakukan oleh BPJS Kesehatan. Hal ini dapat terwujud karena kebebasan profesi dokter semakin mampu direduksi, kompleksitas masalah medis pasien makin dapat diabaikan, dan mutu pelayanan medik yang dilakukan semakin dapat disetarakan. Jaminan pembiayaan pasien apabila tetap di dalam pengendalian akan dapat menjangkau seluruh rakyat Indonesia universal health coverage dengan dana BPJS Kesehatan yang tersedia. Terjadi perubahan besar dalam sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia setelah sistem JKN diberlakukan sejak 1 Januari 2014. Jasa medis yang diterima petugas kesehatan pada umumnya terjadi penurunan nominal dibandingkan dengan pada saat sistem kesehatan yang lama. Penghargaan bagi petugas kesehatan layak diberikan terutama karena dedikasinya yang tetap tinggi dan tidak berubah dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi para pasien sesuai ketentuan dalam program JKN. Dengan momentum Hari Orang Sakit Sedunia 11 Februari 2015 kita diingatkan agar memiliki kebijaksanaan hati bagi para orang sakit. Sudahkah kita bertindak untuk meringankan beban orang sakit di sekitar kitaars
hari orang sakit sedunia 2018